Tradisianime.com – Ketika berbicara tentang anime yang sukses menggabungkan romansa tragis dengan aksi mecha penuh gaya, Darling in the FranXX adalah salah satu yang menyengat langsung ke hati. Serial ini bukan hanya tentang pertarungan robot, tetapi juga eksplorasi emosional tentang cinta, identitas, dan pemberontakan terhadap dunia yang kehilangan kemanusiaannya. Dan ya, semuanya dibalut dalam estetika futuristik yang bikin mata tak berkedip.
Apa Itu Darling in the FranXX?
Darling in the FranXX adalah anime orisinal produksi Trigger dan A-1 Pictures, yang tayang perdana pada tahun 2018. Berlatar dunia pasca-apokaliptik, umat manusia terpaksa hidup di dalam kubah raksasa bernama Plantations untuk bertahan dari makhluk mematikan bernama Klaxosaurs.
Karakter Utama Darling in the FranXX: Zero Two dan Hiro
Cerita ini berpusat pada Hiro, seorang anak muda yang kehilangan kemampuan untuk sync dengan partner-nya dalam mengendarai robot tempur, atau yang disebut FranXX. Hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan gadis misterius berkode 002, atau yang lebih dikenal sebagai Zero Two. Ia setengah manusia dan setengah Klaxosaur, dikenal sebagai “Partner Killer”.
Simbolisme dalam Nama dan Identitas
Nama “FranXX” sendiri adalah bentuk simbolis dari kerja sama antar dua individu. Mecha ini dikendalikan oleh pasangan pria dan wanita, yang harus berada dalam sinkronisasi emosional sempurna. Tak hanya menunjukkan aspek teknis, ini adalah alegori mendalam tentang hubungan manusia dan kerentanannya.
Plot Penuh Intrik dan Twist Emosional
Anime ini tidak hanya menjual adegan aksi dan romansa visual. Di baliknya, ada alur cerita yang mengguncang banyak lapisan emosi penonton. Dari perasaan kesepian, pencarian jati diri, hingga pengkhianatan dan pengorbanan.
Awal yang Lembut, Akhir yang Melecut
Awal cerita mungkin terasa ringan dan menyentuh seperti anime romansa remaja biasa. Tapi perlahan, lapisan demi lapisan dunia ini terbuka—mengungkap rahasia gelap tentang siapa yang mengendalikan dunia, dan apa yang sebenarnya menjadi musuh terbesar umat manusia.
Pemberontakan Anak-Anak Melawan Dunia yang Mati
Karakter-karakter dalam Darling in the FranXX adalah generasi muda yang diciptakan secara artifisial. Mereka tidak tahu seperti apa dunia yang alami, bahkan tidak tahu makna dari cinta, sentuhan, atau kebebasan. Tapi melalui hubungan yang tumbuh di antara mereka—terutama antara Hiro dan Zero Two—mereka mulai mempertanyakan sistem yang membentuk mereka.
FranXX sebagai Perpanjangan Emosi
Setiap pasangan yang mengendarai FranXX mencerminkan dinamika hubungan mereka di dunia nyata. Jika hubungan itu rapuh, maka sinkronisasi mereka akan gagal. Di sinilah Darling in the FranXX menjadi lebih dari sekadar anime mecha: ia adalah eksperimen tentang psikologi dan perasaan manusia.
Kisah Tragis yang Membekas
Tidak semua kisah cinta ditakdirkan untuk bahagia. Kisah Hiro dan Zero Two adalah kisah yang indah dan memilukan. Mereka berdua melampaui batas-batas dunia demi bisa bersama, dan akhirnya mereka membayar harga tertinggi untuk cinta yang mereka perjuangkan.
Adegan-Adegan Paling Ikonik
Beberapa adegan ikonik seperti ketika Zero Two memanggil Hiro dengan suara lembut “Darling…” atau momen klimaks saat mereka menyatukan tekad untuk menyelamatkan umat manusia, menjadi bagian tak terlupakan dalam sejarah anime.
Darling in the FranXX dan Kontroversi Ending-nya
Satu hal yang memicu banyak perdebatan adalah akhir cerita. Ada yang merasa klimaksnya terlalu terburu-buru, dan ada pula yang menganggap akhir tersebut adalah penutup puitis bagi kisah cinta dua insan yang telah melalui segalanya.
Pengorbanan dan Reinkarnasi

Ending yang memperlihatkan Hiro dan Zero Two reinkarnasi dan bertemu kembali sebagai anak kecil di kehidupan baru—adalah bentuk harapan bahwa cinta sejati akan menemukan jalannya, bahkan setelah kematian.
Filosofi di Balik Darling in the FranXX
Anime ini sarat dengan simbolisme dan filosofi. Dari tema tentang penolakan terhadap sistem yang menekan, pencarian makna eksistensi, hingga pentingnya kebebasan dalam mencintai dan memilih jalan hidup sendiri.
Kritik Terhadap Kendali Totaliter
APE, organisasi yang mengendalikan dunia, adalah simbol dari kekuasaan yang ingin mengontrol seluruh aspek kehidupan manusia. Mereka menghapus cinta, emosi, dan bahkan nama individu. Tapi para karakter utama perlahan melawan dengan satu hal yang tak bisa dikontrol: perasaan.
Visual, Musik, dan Produksi yang Memukau
Dari desain karakter oleh Masayoshi Tanaka, hingga arahan artistik yang memukau, semuanya diracik dengan indah. Musik latar dari Hiroyuki Sawano memberikan sentuhan emosional ekstra, membuat setiap adegan terasa lebih dalam.
Opening dan Ending Theme yang Emosional
Lagu pembuka “KISS OF DEATH” oleh Mika Nakashima dan Hyde adalah salah satu anime opening terbaik yang pernah ada. Lirik dan iramanya menggambarkan seluruh emosi dalam hubungan Zero Two dan Hiro.
Pengaruh dan Peninggalan Darling in the FranXX
Meskipun hanya satu musim, Darling in the FranXX meninggalkan jejak yang dalam di hati para penggemar anime. Ia menginspirasi fanart, fanfiction, hingga teori-teori kompleks yang tak kunjung habis dibahas.
Zero Two: Ikon Budaya Pop Modern
Zero Two telah menjadi salah satu karakter anime paling ikonik di abad ini. Dengan tanduk merahnya, rambut pink-nya, dan sikapnya yang liar namun penuh luka—ia adalah simbol dari cinta yang tak bisa dijinakkan.
Kesimpulan: Darling in the FranXX dan Makna Cinta yang Sebenarnya

Akhir kata, Darling in the FranXX bukan hanya anime tentang mecha, bukan pula sekadar kisah cinta remaja biasa. Ini adalah potret menyayat tentang bagaimana manusia mencari tempatnya di dunia, tentang keberanian untuk mencintai di tengah kehancuran, dan tentang pengorbanan dalam bentuk paling murni.
Darling in the FranXX adalah cermin bagi kita semua: bahwa di balik dunia yang rusak, harapan tetap hidup dalam hati mereka yang berani mencintai.