Tradisianime.com – Di antara sekian banyak mahakarya Studio Ghibli, “The Secret World of Arrietty” mungkin adalah salah satu yang paling tenang, namun paling dalam maknanya. Diadaptasi dari novel klasik The Borrowers karya Mary Norton, film ini membawa kita ke dunia rahasia di bawah lantai rumah—dunia makhluk mungil bernama Arrietty, yang hidup diam-diam berdampingan dengan manusia.
Tapi Arrietty bukan hanya kisah tentang makhluk kecil yang meminjam gula dan kertas dari dapur manusia. Ini adalah cerita tentang kepercayaan, tentang dua dunia yang saling takut tapi juga saling penasaran, dan tentang bagaimana persahabatan bisa tumbuh meski jarak, ukuran, dan ketakutan memisahkan.
Dunia yang Kecil, Tapi Tidak Kecil Hatinya
Arrietty dan keluarganya adalah “Borrowers”—makhluk kecil setinggi 10 cm yang hidup tersembunyi dari pandangan manusia. Mereka bertahan hidup dengan cara “meminjam” barang-barang kecil dari manusia tanpa izin, tanpa pernah terlihat. Karena, menurut aturan, jika mereka terlihat, mereka harus pergi.
Namun hidup Arrietty berubah ketika ia tanpa sengaja terlihat oleh Shō, seorang bocah manusia yang sakit dan sedang menginap di rumah neneknya. Alih-alih ketakutan atau agresif, Shō justru tertarik dan ingin mengenal Arrietty. Inilah awal dari sebuah hubungan yang mustahil, namun penuh ketulusan.

Pertemuan mereka bukan tentang pertolongan, melainkan tentang rasa ingin tahu yang tulus—dan perlahan, tumbuh menjadi kepercayaan.
Kepercayaan yang Rapuh Tapi Murni
Yang membuat Arrietty begitu menyentuh adalah kerentanannya. Tidak ada konflik besar seperti perang atau monster. Ancaman terbesar di film ini adalah rasa takut dan kecurigaan, baik dari manusia maupun para Borrower.
Ayah Arrietty selalu mengingatkan bahwa manusia tidak bisa dipercaya. Di sisi lain, manusia dewasa seperti Haru, pembantu rumah itu, melihat makhluk kecil seperti hama yang harus ditangkap. Tapi Shō dan Arrietty membuktikan bahwa kepercayaan bisa tumbuh dari kerapuhan, dan justru di situlah keindahannya.
Mereka tidak mencoba mengubah satu sama lain. Mereka hanya ingin mengenal, mendengar, dan memahami—dan dalam dunia modern yang penuh penilaian cepat, interaksi seperti ini terasa sangat langka dan berharga.
Pesan Ekologis dan Eksistensial
Seperti karya-karya Ghibli lainnya, Arrietty juga mengandung pesan ekologis yang halus tapi kuat. Para Borrower hidup dengan mengambil secukupnya dari alam, tidak serakah, tidak merusak. Mereka hidup berdampingan, bersembunyi, tapi tidak merampas.
Kontras dengan manusia yang sering kali menguasai, mengatur, dan merusak, Arrietty adalah lambang kehidupan yang rendah hati dan harmonis dengan lingkungan.
Selain itu, hubungan Arrietty dan Shō juga mengangkat tema eksistensial: Apa arti hidup yang singkat? Apa yang bisa kita tinggalkan meski kita kecil, lemah, atau tak dikenal dunia? Melalui mata Shō yang sakit dan tubuhnya yang lemah, kita melihat bahwa harapan bisa datang dari arah yang tidak terduga—dari seseorang yang bahkan tak sebesar telapak tangan.

Visual yang Lembut, Emosi yang Dalam
Secara visual, film ini adalah lukisan hidup. Tetesan air yang besar, daun sebagai payung, lubang dinding yang menjadi rumah—semua ditampilkan dengan detail yang luar biasa, membuat kita benar-benar merasa masuk ke dunia kecil Arrietty. Namun justru dari perspektif kecil inilah kita bisa melihat dunia secara lebih besar: lebih sunyi, lebih penuh keajaiban, lebih bermakna.
Musiknya yang diiringi alat tradisional Celtic, dipadukan dengan suasana alam dan suara hening rumah tua, menciptakan atmosfer magis yang menyentuh—bukan untuk menggetarkan, tapi untuk menyentuh.
Penutup: Percaya Meski Tidak Sama
The Secret World of Arrietty mengajarkan bahwa percaya bukan berarti tidak takut. Tapi percaya berarti membuka ruang untuk mengenal, memberi, dan mempercayakan diri meski hasilnya tak pasti. Karena saat seseorang percaya padamu, itu bukan karena kamu besar, kuat, atau sempurna—tapi karena kamu hadir dengan hati.