Tradisianime.com – Apa jadinya jika istri tercinta yang sudah meninggal dunia… tiba-tiba hidup kembali dalam tubuh seorang murid sekolah dasar? Premis ini bukan hanya mengejutkan, tetapi juga membuka ruang naratif yang unik, absurd, namun penuh emosi. Inilah dunia dari “Tsuma, Shougakusei ni Naru” (TsumaSho), sebuah kisah yang melintasi batas antara duka, cinta, dan reinkarnasi yang tak biasa.
Bukan isekai. Bukan sekadar drama keluarga. TsumaSho adalah perjalanan menyentuh tentang kehilangan dan kesempatan kedua—kisah yang menggugah tentang bagaimana cinta sejati bisa bertahan, bahkan ketika logika dan tubuh tidak lagi sama.
Sinopsis: Kembali, Tapi Tak Pernah Sama
“TsumaSho” berfokus pada Keisuke Niijima, seorang pria dewasa yang masih terjebak dalam kesedihan mendalam sepuluh tahun setelah kehilangan istrinya, Takae. Hidupnya nyaris berhenti; ia menjadi ayah tunggal yang dingin dan penuh luka, sementara putrinya, Mai, pun tumbuh dalam bayang-bayang duka.
Namun segalanya berubah saat seorang murid SD bernama Marika, gadis ceria berusia 10 tahun, menyatakan sesuatu yang mengejutkan: dia adalah reinkarnasi Takae. Ia mengingat semuanya—pernikahannya, kematiannya, bahkan luka yang ditinggalkannya pada keluarga.
Alih-alih menjadi cerita fantasi murni, TsumaSho menyuguhkan drama keluarga dengan rasa magis yang kuat. Ia mempertanyakan kembali apa arti cinta, hubungan keluarga, dan apakah kehilangan benar-benar bisa disembuhkan.

Reinkarnasi Bukan Fantasi, Tapi Alat Untuk Menyembuhkan
Keberanian “TsumaSho” terletak pada cara ia menggunakan elemen supranatural bukan untuk sensasi, tapi sebagai sarana menggali trauma emosional. Reinkarnasi Takae ke dalam tubuh anak kecil bukan gimmick aneh, tapi justru menciptakan konflik emosional yang kompleks namun jujur.
Keisuke harus menghadapi kenyataan aneh: cintanya kembali, tapi dalam tubuh anak-anak. Marika/Takae pun harus hidup ulang dari awal, sembari menyaksikan suami dan anak yang dulu ia tinggalkan, kini menjadi orang asing. Tidak ada jawaban mudah. Tidak ada kebahagiaan instan. Hanya keheningan, kebingungan, dan cinta yang tidak pernah benar-benar padam.
Cinta Tak Harus Romantis—Kadang Ia Hanya Ingin Pulang
Salah satu kekuatan terbesar dari TsumaSho adalah penolakannya terhadap ekspektasi romansa konvensional. Tidak ada niatan menjadikan hubungan Keisuke dan Marika sebagai cinta romantis yang aneh. Sebaliknya, cerita ini justru mengangkat sisi paling murni dari cinta: keinginan untuk memperbaiki luka lama dan menyambung tali kasih yang terputus.
Marika, meski membawa jiwa Takae, tetaplah anak-anak. Tapi dengan kenangan orang dewasa, ia mampu melihat dunia dengan kedewasaan emosional yang tak biasa, dan secara perlahan mulai menyembuhkan keluarga Niijima dari dalam.

Kritik Sosial dan Kekuatan Narasi Emosional
Di luar lapisan dramatis, TsumaSho juga menyentuh isu penting dalam masyarakat modern Jepang: trauma keluarga, kesepian dalam relasi, dan bagaimana kehilangan bisa mengisolasi seseorang dari dunia. Lewat Marika, anime ini memberikan harapan bahwa kadang, yang dibutuhkan bukan keajaiban besar, tapi keberanian untuk berbicara, menangis, dan memulai lagi.
Anime ini tidak menyuapi penonton dengan klimaks bombastis atau plot twist mengejutkan. Sebaliknya, ia tumbuh perlahan, seperti luka yang pelan-pelan sembuh. Dan justru dari sanalah kekuatannya lahir—kejujuran yang menyentuh tanpa manipulasi emosi.
Penutup: Saat Cinta Diberi Kesempatan Kedua
Tsuma, Shougakusei ni Naru adalah pengingat bahwa cinta sejati tak selalu hadir dalam bentuk sempurna. Kadang ia kembali dalam wujud yang tak terduga, di waktu yang salah, dan dengan cara yang membingungkan. Tapi selama masih ada ruang untuk pengertian dan hati yang terbuka, cinta akan menemukan jalannya.
Anime ini bukan sekadar tentang reinkarnasi, tapi tentang kesempatan kedua—untuk mencintai, meminta maaf, dan mulai hidup kembali. Dan kadang, kesempatan itu datang dari seorang murid SD yang membawa kenangan pulang ke rumah.