Tradisianime.com – Dunia modern dipenuhi kebohongan: janji manis yang palsu, bisnis licik, dan wajah ramah yang menyembunyikan niat busuk. Tapi bagaimana jika penipu justru menjadi harapan terakhir untuk melawan sistem korup itu? Inilah premis yang dihadirkan oleh Great Pretender, sebuah anime orisinal penuh warna, gaya, dan kejutan, di mana keadilan dijalankan lewat penipuan yang elegan.
Penipu yang Tertipu
Kisah dimulai dari Makoto Edamura, seorang pemuda Jepang yang mengaku sebagai penipu terbaik di negaranya. Tapi kenyataan tidak semudah itu. Setelah mencoba menipu turis asing, Edamura justru terjebak dalam permainan kelas dunia yang jauh di luar dugaannya. Turis tersebut adalah Laurent Thierry, penipu internasional yang karismatik dan lihai.
Dari Tokyo ke Los Angeles, lalu ke Singapura dan London, Edamura terseret dalam jaringan penipuan besar yang menyasar target-target kelas atas—pengusaha farmasi serakah, bandar judi internasional, hingga produser film korup. Setiap aksi adalah konspirasi licik, penuh intrik, dan dirancang seperti teater aksi tingkat tinggi.
Antihero yang Membalik Dunia
Yang membuat Great Pretender begitu unik adalah pendekatannya terhadap moralitas. Tokoh-tokohnya bukan pahlawan dalam arti konvensional. Mereka adalah penipu, pemalsu, pembohong. Tapi mereka tidak menipu orang kecil. Mereka menargetkan “ikan besar”—orang-orang kaya yang merugikan banyak orang demi keuntungan pribadi.

Setiap arc dalam serial ini memperlihatkan bagaimana kejahatan besar hanya bisa dikalahkan oleh orang yang mengerti cara berpikir penjahat. Edamura dan timnya masuk ke dalam sistem, memanipulasi celah, dan memutar permainan balik ke arah mereka. Dalam dunia yang sudah penuh tipu daya, kadang kebenaran hanya bisa ditegakkan oleh para penipu yang punya hati.
Gaya Visual yang Penuh Karakter
Salah satu kekuatan besar dari Great Pretender adalah gaya visualnya yang mencolok dan artistik. Dengan palet warna cerah, transisi yang dinamis, dan desain karakter yang ekspresif, anime ini tampil seperti lukisan pop-art bergerak. Tiap lokasi di dunia—dari skyline Los Angeles sampai kota penuh cahaya neon di Asia—digambarkan dengan estetika sinematik yang indah.
Tak hanya visual, soundtrack anime ini juga memikat. Lagu pembuka yang terinspirasi jazz, serta lagu penutup “The Great Pretender” versi Freddie Mercury, memberi kesan klasik dan eksklusif, seolah kita sedang menyaksikan aksi pencurian dalam film Hollywood tahun 70-an.
Penipuan Sebagai Kritik Sosial
Di balik aksi cerdas dan dialog penuh humor, Great Pretender menyimpan kritik sosial tajam. Ia menunjukkan bagaimana sistem hukum sering tidak mampu menjangkau orang-orang di puncak. Para koruptor, kriminal kerah putih, dan mafia bisnis hidup bebas karena mereka bermain di dalam aturan yang mereka ciptakan sendiri.
Di sinilah Edamura dan tim Laurent hadir. Mereka melangkah ke tempat yang tidak bisa dijangkau polisi, dan mengambil kembali apa yang telah dirampas dari orang biasa. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan ilusi, kecerdikan, dan permainan psikologis.

Siapa Sebenarnya yang Jadi Korban?
Seiring cerita berjalan, penonton mulai mempertanyakan: siapa yang lebih jahat—orang yang menipu demi bertahan hidup, atau orang yang kaya dari menipu banyak nyawa? Apakah keadilan bisa ditegakkan tanpa melanggar hukum? Dan bisakah penipu menjadi pahlawan di dunia yang penuh kebohongan?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadikan Great Pretender lebih dari sekadar tontonan aksi. Ia adalah refleksi tentang moral abu-abu, kebenaran yang dikemas dalam kebohongan, dan harapan yang datang dari orang-orang paling tak terduga.
Penutup: Penipu yang Mencuri Hati
Great Pretender adalah kejutan menyenangkan dalam dunia anime. Dengan cerita yang cepat, karakter yang kompleks, dan gaya yang ikonik, ia menyampaikan pesan kuat bahwa kadang yang terbaik untuk mengalahkan penjahat adalah menjadi lebih cerdik dari mereka. Dalam dunia tipu-tipu, penipu sejati bisa jadi adalah pahlawan yang diam-diam kita butuhkan.