Tradisianime.com – Bayangkan sebuah dunia di mana malaikat yang turun ke bumi malah jadi pemalas yang candu game online. Inilah Gabriel DropOut, anime yang berhasil menggabungkan komedi absurd, ironi kehidupan, dan karakter yang tak terlupakan dalam satu paket hiburan yang menggelitik. Anime ini mungkin terlihat ringan di permukaan, tapi siapa sangka ada begitu banyak lapisan menarik yang bisa digali lebih dalam?
Apa Itu Gabriel DropOut?
Gabriel DropOut adalah anime bergenre komedi supernatural yang diadaptasi dari manga karya Ukami. Pertama kali tayang pada tahun 2017, anime ini langsung mencuri perhatian pecinta anime slice of life dengan tema uniknya: kehidupan para malaikat dan iblis remaja yang hidup di dunia manusia.
Plot: Dari Malaikat Lulusan Terbaik Jadi Gamer Kambuhan
Gabriel White Tenma, tokoh utama kita, awalnya adalah malaikat teladan—lulusan terbaik dari surga. Tapi setelah ditugaskan ke bumi untuk belajar tentang umat manusia, semuanya berubah. Ia menemukan game online dan… jatuh cinta. Kecanduannya ini menjadikannya versi parodi dari dirinya sendiri—pemalas, urakan, dan jauh dari sosok malaikat idaman.
Konsep “drop out” yang dimaksud bukan sekadar akademik, tapi juga moralitas dan idealisme. Di sinilah kekuatan naratif anime ini muncul: menjungkirbalikkan ekspektasi.
Karakter Utama yang Bikin Ketagihan
Gabriel White Tenma
Si protagonis yang awalnya polos, kini menjadi hikikomori digital. Ia lebih suka tidur dan main game daripada menyebarkan kedamaian.
Vignette April Tsukinose
Iblis yang justru paling baik hati dan bertanggung jawab. Ironi? Jelas. Tapi di sinilah letak keunikan Gabriel DropOut. Vigne adalah iblis, tapi malah sering bertindak seperti malaikat sejati.
Satanichia Kurumizawa McDowell
Nama boleh mengerikan, tapi tingkahnya? Lucu dan konyol. Satania adalah iblis yang selalu gagal terlihat jahat dan sering jadi bahan bully Gabriel.
Raphiel Ainsworth Shiraha
Malaikat dengan wajah manis, tapi berhati jahil. Raphiel suka mempermainkan teman-temannya, terutama Satania. Gabungan kecantikan dan kelicikan—kombo yang mematikan.
Kombinasi Komedi dan Kritik Sosial

Di balik lelucon slapstick dan interaksi absurd para karakter, Gabriel DropOut sebenarnya menyentil gaya hidup generasi muda saat ini. Kecanduan internet, kegagalan mempertahankan idealisme, dan tekanan sosial digambarkan dengan cara yang ringan, tapi tetap tajam.
Anime ini memperlihatkan bahwa bahkan sosok paling sempurna pun bisa tergelincir. Humor yang digunakan bukan sekadar untuk tertawa, tapi juga refleksi.
Visual dan Animasi yang Mendukung Atmosfer
Studio Doga Kobo berhasil menangkap estetika ringan dan ceria yang dibutuhkan untuk genre ini. Desain karakter yang ekspresif, warna-warna pastel yang menenangkan, dan animasi yang halus memperkuat nuansa slice of life.
Setiap ekspresi wajah, reaksi berlebihan, dan efek komedi visual dirancang untuk membuat penonton tersenyum tanpa sadar.
Soundtrack: Menambah Citarasa Cerita
Lagu pembuka “Gabriel DropKick” oleh para pengisi suara utama memberikan atmosfer yang cocok—ceria, sedikit nakal, dan mengisyaratkan kekacauan yang akan datang. Lagu penutupnya pun tidak kalah menarik dengan gaya santai yang sesuai dengan mood anime.
Mengapa Gabriel DropOut Tetap Relevan?
Meski hanya terdiri dari satu musim dengan 12 episode, Gabriel DropOut tetap punya tempat di hati para penggemarnya. Alasannya?
- Relatable: Banyak yang merasa mirip dengan Gabriel—punya potensi, tapi kalah dengan godaan duniawi.
- Karakter kuat: Masing-masing punya keunikan dan dinamika menarik.
- Komedi segar: Tidak mengandalkan lelucon basi atau fan service murahan.
- Konsep yang tak biasa: Membalikkan stereotip malaikat dan iblis menjadi bahan cerita utama.
Gabriel DropOut dalam Konteks Anime Komedi Lain
Dibandingkan dengan anime komedi lain seperti KonoSuba atau Hataraku Maou-sama!, Gabriel DropOut memiliki pendekatan yang lebih “santai”. Tidak terlalu banyak aksi, tapi justru inilah daya tariknya. Ia menawarkan kenyamanan dan tawa ringan di tengah kepadatan hari-hari penonton.
Apakah Ada Season 2 Gabriel DropOut?
Hingga saat artikel ini ditulis, belum ada konfirmasi resmi soal season 2. Tapi dengan popularitas yang stabil dan basis penggemar yang setia, harapan selalu ada. Adaptasi manga-nya masih berlanjut, yang berarti materi cerita belum habis.
Kesimpulan: Gabriel DropOut, Cermin Ironi Generasi Z

Gabriel DropOut bukan cuma soal tawa, tapi juga gambaran masa kini. Di era digital, bahkan “malaikat” pun bisa jadi korban burnout dan digital escapism. Anime ini secara cerdas mengemas pesan itu dalam bungkus komedi yang menyenangkan.
Bagi kamu yang mencari tontonan ringan tapi tetap bermakna, Gabriel DropOut adalah pilihan yang wajib dicoba. Terkadang, melihat malaikat yang turun dari surga cuma untuk malas-malasan di kamar bisa jadi refleksi yang sangat manusiawi.